DAMPAK LAYANAN PAUD DI PAPUA BARAT
Oleh:
Murniati M
No.Reg.7516120258
Mahasiswa
Pascasarjana Prodi PAUD
A. Kebijakan pemerintah
Pendidikan merupakan modal dasar untuk
menyiapkan insan yang berkualitas. Menurut Undang-undang Sisdiknas Pendidikan
adalah usaha sadar yang terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan Negara.
Menurut UNESCO pendidikan hendaknya dibangun
dengan empat pilar, yaitu: learning to
know, learning to do, learning to be, dan learning to live together.
Dengan diberlakukannya UU No. 20 Tahun 2003
maka system pendidikan di Indonesia terdiri dari pendidikan anak usia dini,
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi yang
keseluruhannya merupakan kesatuan yang sistemik. PAUD diselenggarakan sebelum
jenjang pendidikan dasar. PAUD dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan
formal, nonformal, dan atau informal. PAUD pada jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman
Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. PAUD pada jalur
pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA), atau
bentuk lain yang sederajat. PAUD pada jalur pendidikan informal berbentuk
pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan
masyarakat.
Selama ini penanganan terhadap pendidikan
anak usia dini terkesan masih berjalan sendiri-sendiri. Misalnya TK yang
dilaksanakan oleh Departemen Pendidikan Nasional, Raudatul Athfal (RA) dari
Departemen Agama, Kelompok Bermain (KB) dan Taman Penitipan Anak (TPA) dari
Departemen Sosial, serta POSYANDU dan Bina Keluarga Balita (BKB) dari
Departemen Kesehatan dan BKKBN belum saling menunjang antara satu dengan
lainnya, baik dalam program maupun dalam pemanfatan saran dan prasarananya.[1]
Seiring dengan adanya komitmen dunia untuk
segera memperluas dan memperbaiki keseluruhan perawatan dan pendidikan anak
usia dini terutama bagi mereka yang sangat rawan dan kurang beruntung
sebagaimana kesepakatan Dakar [2] tahun 2000, maka keterpaduan
penanganan pendidikan anak usia dini di Tanah air perlu segera diwujudkan.
Untuk itu, Departemen Pendidikan Nasional
sudah memulainya dengan membentuk Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini
yang menjadi fasilitator bagi tumbuh kembangnya Forum Nasional Pendidikan Anak
Usia Dini yang melibatkan perwakilan dari semua komponen yang terkait (stakeholders ) dari pendidikan anak usia
dini.
Layanan PAUD telah tersebar dan tumbuh
berkembang ke pelosok tanah air termasuk Papua Barat, melalui dinas pendidikan
provinsi dan kabupaten/kota telah memfasilitasi berbagai layanan PAUD dan jenis
pendidikan lainnya yang berkembang di masyarakat sebagai upaya dalam pembinaan
terhadap Anak Usia Dini di Papua Barat.
B. Hubungan penting
Pada
hakekatnya belajar harus berlangsung sepanjang hayat. Untuk menciptakan
generasi yang berkualitas, pendidikan harus dilakukan sejak usia dini dalam hal
ini melalui Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), yaitu pendidikan yang ditujukan
bagi anak sejak lahir hingga usia 6 tahun. Sejak dipublikasikannya hasil-hasil
riset mutakhir di bidang neurosciencedan psikologi maka fenomena pentingnya
PAUD merupakan keniscayaan. PAUD menjadi sangat penting mengingat potensi
kecerdasan dan dasar-dasar perilaku seseorang terbentuk pada rentang usia ini.
Sedemikian pentingnya masa ini sehingga usia dini disebut the golden age (usia
emas).[3]
[1]
Soegeng Santoso (Pengantar Dirjen Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda
DEPDIKNAS-RI).2002.hal:vi
[2]
Konferensi dunia tentang Education for all di Dakar-Sinegal,tahun 2000.
[3]
Tim Pengembang Pusat Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini, UNJ.2007
A. Kesiapan anak memasuki pendidikan lebih
lanjut
Program-program layanan Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD) yang efektif dalam perkembangan anak secara holistic, yang meliputi
keterampilan dan pengetahuan verbal dan intelektual, kemampuan social, serta
status kesehatan dan gizi. Pemetaan kesiapan bersekolah anak usia dini pada
bulan mei telah dilakukan di Manokwari terhadap 12 Pos PAUD/TK/RA yang
masing-masing sekolah dipilih secara random sebanyak 15 anak di tes motorik,
sosio emosi, kognitif, dan bahasa.
Layanan pendidikan anak sangat bermanfaat
jika program-program PAUD bersifat holistic, yang mengintegrasikan intervensi
psikososial dan kesiapan bersekolah dengan intervensi kesehatan dan gizi.
Perkembangan holistic sangat penting bagi kesiapan anak untuk bersekolah dan
kemampuan mereka untuk berpartisipasi dalam lingkungan belajar yang berbeda.
UNESCO dan UNICEF telah turut memberikan kontribusi nyata di Papua Barat dalam
mengembangkan holistic anak usia dini melalui program-programnya terhadap upaya
perbaikan gizi ibu dan anak, pendidikan anak, kesehatan, dan multi sektoral
yang menyatukan kesehatan, gizi, pendidikan, dan perlindungan, yang menjamin
semua anak tentang awal yang kuat untuk hidup.
Berdasarkan hasil pemetaan kesiapan
bersekolah anak umur 5-6 tahun yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan
bahwa layanan PAUD di Papua Barat telah membantu mengembangkan kompetensi
psikologi dan kognitif untuk mempersiapkan anak-anak bersekolah.
B. Mengurangi angka mengulang kelas
Dalam rangka mengurangi angka mengulang
kelas, maka diperlukan adaptasi kebijakan dan strategi pendidikan dengan
konteks social dan budaya setempat. Di Papua Barat, tingginya pengulangan kelas
awal sekolah dasar disebabkan karena anak-anak lebih terbiasa dengan
bahasa daerah mereka sendiri, bukan
bahasa nasional Indonesia.
Layanan
PAUD terpadu di tingkat masyarakat di Papua Barat sudah semakin kelihatan
seperti Posyandu, Bina Keluarga Berencana (BKB), dan Pos PAUD. Masyarakat telah
menegmbangkan posyandu hamper di seluruh kabupaten/kota, sehingga layanan
pendidikan anak usia dini dan layanan pendidikan orang tua telah dilakukan
sehingga berdampak pada minimnya angka pengulangan kelas di sekolah.
C. Mengurangi angka putus sekolah
Pelayanan-pelayanan PAUD yang sangat beragam
telah mengalami perkembangan yang cukup signifikan di Papua Barat.
Pelayanan-pelayanan ini dimulai dari pra-sekolah dan TK formal yang melayani anak-anak usia
4-6 tahun sampai kelompok bermain non-formal dan pusat penitipan anak, yang
melayani anak-anak usia 2 sampai 6 tahun yang tidak terlayani oleh program formal.
Pelayanan berbasis masyarakat seperti Posyandu, BKB, dan Pos PAUD. Hasil
program tersebut pada umumnya positif. Studi tentang angka putus sekolah yang
telah dilakukan oleh UNESCO/UNICEF
terhadap enam kabupaten/kota di Papua Barat telah menunjukkan bahwa
angka putus sekolah minim atau partispasi murni masyarakat untuk bersekolah
semakin meningkat.[1]
D. Mempercepat pencapaian wajib belajar
Dengan
program-program layanan pendidikan yang
giatnya berkembang, maka percepatan aksi di daerah-daerah terpencil seperti
Papua Barat semakin merambah ke pelosok bahkan sampai ke pegunungan dan
pesisir. Percepatan aksi tersebut berdampak pada terlaksananya wajib belajar
mulai dari pra sekolah.
E. Meningkatkan mutu pendidikan
Akses
dan pelayanan PAUD di Papua Barat telah memberikan dampak yang cukup signifikan
dalam peningkatan mutu pendidikan khususnya di Provinsi Papua Barat sendiri. Kesiapan belajar, pemenuhan gizi ibu
dan anak, perlindungan, serta penuntasan wajib belajar adalah program PAUD yang
terintegrasi dengan pelayanan berbasis
masyarakat yang berakibat pada perubahan mutu pendidikan yang semakin cepat di
Papua Barat.
F. Mengurangi angka buta huruf muda
Layanan
PAUD di Papua Barat memberikan stimulasi yang positif terhadap kemampuan anak
usia dini untuk mengenal huruf. Beberapa lembaga PAUD yang sangat menonjol
mengajarkan pada anak-anaknya tentang membaca dan menulis sehingga kesiapan
anak untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya sudah matang. Dengan demikian
keberadaan PAUD ini dapat mengurangi angka buta huruf pada usia muda.
G. Memperbaiki derajat kesehatan gizi dan
balita
Program-program
layanan PAUD yang multisektoral seperti posyandu, BKB, pos PAUD, dan lain-lain
bentuk layanan anak yang ada di masyarakat, telah menjalankan program yang
bersifat holistik. Intervensi dini terhadap kesehatan anak, balita, ibu hamil,
dan pemberian hasupan gizi terhadap anak baik melalui jalur lembaga pendidikan
formal, non formal, dan ataupun in formal.
Semua layanan tersebut member penguatan akan jaminan tentang kesehatan
dan gizi anak yang merupakan awal yang kuat untuk hidup dan berkembang.
Intervensi dimulai sejak ibu hamil sampai dengan pertumbuhan anak usia dua
tahun.
PENUTUP
Layanan program Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD) di Provinsi Papua Barat telah memberikan konstribusi nyata terhadap mutu
pendidikan anak usia dini. Program multisektoral tersebut berkembang secara
signifikan baik di perkotaan sampai ke pelosok pedesaan dan pesisir, masyarakat
sudah berbondong-bondong mencari dan mendatangi pos-pos PAUD terdekat guna
menyekolahkan anaknya di usia dini.
Layanan kesehatan, gizi, dan perlindungan
terhadap anak usia dini juga telah terlihat meningkat ditandai dengan semakin
banyaknya ibu-ibu yang sadar akan pentingnya hidup sehat, perawatan diri sejak
dini, dan bagaimana hidup bersih dan sehat yang semuanya bisa berdampak pada
kesehatan anak itu sendiri. PAUD, di Papua Barat berkembang dengan pesat ibarat
jamur yang tumbuh pada musim hujan, semoga pendidikan untuk anak usia dini
semakin berdampak positif terhadap peningkatan kualitas pendidikan di
Indonesia.
mantap..mantap...mantap...blog yg dibikin dlm waktu singkat bisa langsung cuantik
BalasHapusmasih belajar pak Andi,,, tkasih yah,,,
BalasHapus