Selasa, 22 Januari 2013


                                             DAMPAK LAYANAN PAUD DI PAPUA BARAT
    
Oleh: Murniati M
No.Reg.7516120258
Mahasiswa Pascasarjana Prodi PAUD


A.   Kebijakan pemerintah
Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang berkualitas. Menurut Undang-undang Sisdiknas Pendidikan adalah usaha sadar yang terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
Menurut UNESCO pendidikan hendaknya dibangun dengan empat pilar, yaitu: learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together.
Dengan diberlakukannya UU No. 20 Tahun 2003 maka system pendidikan di Indonesia terdiri dari pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi yang keseluruhannya merupakan kesatuan yang sistemik. PAUD diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. PAUD dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan atau informal. PAUD pada jalur pendidikan nonformal  berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. PAUD pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat. PAUD pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan masyarakat.
Selama ini penanganan terhadap pendidikan anak usia dini terkesan masih berjalan sendiri-sendiri. Misalnya TK yang dilaksanakan oleh Departemen Pendidikan Nasional, Raudatul Athfal (RA) dari Departemen Agama, Kelompok Bermain (KB) dan Taman Penitipan Anak (TPA) dari Departemen Sosial, serta POSYANDU dan Bina Keluarga Balita (BKB) dari Departemen Kesehatan dan BKKBN belum saling menunjang antara satu dengan lainnya, baik dalam program maupun dalam pemanfatan saran dan prasarananya.[1]
Seiring dengan adanya komitmen dunia untuk segera memperluas dan memperbaiki keseluruhan perawatan dan pendidikan anak usia dini terutama bagi mereka yang sangat rawan dan kurang beruntung sebagaimana kesepakatan Dakar [2] tahun 2000, maka keterpaduan penanganan pendidikan anak usia dini di Tanah air perlu segera diwujudkan.
Untuk itu, Departemen Pendidikan Nasional sudah memulainya dengan membentuk Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini yang menjadi fasilitator bagi tumbuh kembangnya Forum Nasional Pendidikan Anak Usia Dini yang melibatkan perwakilan dari semua komponen yang terkait (stakeholders ) dari pendidikan anak usia dini.
Layanan PAUD telah tersebar dan tumbuh berkembang ke pelosok tanah air termasuk Papua Barat, melalui dinas pendidikan provinsi dan kabupaten/kota telah memfasilitasi berbagai layanan PAUD dan jenis pendidikan lainnya yang berkembang di masyarakat sebagai upaya dalam pembinaan terhadap Anak Usia Dini di Papua Barat.
B.   Hubungan penting
Pada hakekatnya belajar harus berlangsung sepanjang hayat. Untuk menciptakan generasi yang berkualitas, pendidikan harus dilakukan sejak usia dini dalam hal ini melalui Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), yaitu pendidikan yang ditujukan bagi anak sejak lahir hingga usia 6 tahun. Sejak dipublikasikannya hasil-hasil riset mutakhir di bidang neurosciencedan psikologi maka fenomena pentingnya PAUD merupakan keniscayaan. PAUD menjadi sangat penting mengingat potensi kecerdasan dan dasar-dasar perilaku seseorang terbentuk pada rentang usia ini. Sedemikian pentingnya masa ini sehingga usia dini disebut the golden age (usia emas).[3]




[1] Soegeng Santoso (Pengantar Dirjen Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda DEPDIKNAS-RI).2002.hal:vi
[2] Konferensi dunia tentang Education for all di Dakar-Sinegal,tahun 2000.
[3] Tim Pengembang Pusat Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini, UNJ.2007
 


A.   Kesiapan anak memasuki pendidikan lebih lanjut

Program-program layanan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang efektif dalam perkembangan anak secara holistic, yang meliputi keterampilan dan pengetahuan verbal dan intelektual, kemampuan social, serta status kesehatan dan gizi. Pemetaan kesiapan bersekolah anak usia dini pada bulan mei telah dilakukan di Manokwari terhadap 12 Pos PAUD/TK/RA yang masing-masing sekolah dipilih secara random sebanyak 15 anak di tes motorik, sosio emosi, kognitif, dan bahasa.
Layanan pendidikan anak sangat bermanfaat jika program-program PAUD bersifat holistic, yang mengintegrasikan intervensi psikososial dan kesiapan bersekolah dengan intervensi kesehatan dan gizi. Perkembangan holistic sangat penting bagi kesiapan anak untuk bersekolah dan kemampuan mereka untuk berpartisipasi dalam lingkungan belajar yang berbeda. UNESCO dan UNICEF telah turut memberikan kontribusi nyata di Papua Barat dalam mengembangkan holistic anak usia dini melalui program-programnya terhadap upaya perbaikan gizi ibu dan anak, pendidikan anak, kesehatan, dan multi sektoral yang menyatukan kesehatan, gizi, pendidikan, dan perlindungan, yang menjamin semua anak tentang awal yang kuat untuk hidup.
            Berdasarkan hasil pemetaan kesiapan bersekolah anak umur 5-6 tahun yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan bahwa layanan PAUD di Papua Barat telah membantu mengembangkan kompetensi psikologi dan kognitif untuk mempersiapkan anak-anak bersekolah.

B.   Mengurangi angka mengulang kelas
Dalam rangka mengurangi angka mengulang kelas, maka diperlukan adaptasi kebijakan dan strategi pendidikan dengan konteks social dan budaya setempat. Di Papua Barat, tingginya pengulangan kelas awal sekolah dasar disebabkan karena anak-anak lebih terbiasa dengan bahasa  daerah mereka sendiri, bukan bahasa nasional Indonesia.
Layanan PAUD terpadu di tingkat masyarakat di Papua Barat sudah semakin kelihatan seperti Posyandu, Bina Keluarga Berencana (BKB), dan Pos PAUD. Masyarakat telah menegmbangkan posyandu hamper di seluruh kabupaten/kota, sehingga layanan pendidikan anak usia dini dan layanan pendidikan orang tua telah dilakukan sehingga berdampak pada minimnya angka pengulangan kelas di sekolah.
C.   Mengurangi angka putus sekolah
Pelayanan-pelayanan PAUD yang sangat beragam telah mengalami perkembangan yang cukup signifikan di Papua Barat. Pelayanan-pelayanan ini dimulai dari pra-sekolah  dan TK formal yang melayani anak-anak usia 4-6 tahun sampai kelompok bermain non-formal dan pusat penitipan anak, yang melayani anak-anak usia 2 sampai 6 tahun yang tidak terlayani oleh program formal. Pelayanan berbasis masyarakat seperti Posyandu, BKB, dan Pos PAUD. Hasil program tersebut pada umumnya positif. Studi tentang angka putus sekolah yang telah dilakukan oleh UNESCO/UNICEF  terhadap enam kabupaten/kota di Papua Barat telah menunjukkan bahwa angka putus sekolah minim atau partispasi murni masyarakat untuk bersekolah semakin meningkat.[1]
D.   Mempercepat pencapaian wajib belajar
Dengan program-program  layanan pendidikan yang giatnya berkembang, maka percepatan aksi di daerah-daerah terpencil seperti Papua Barat semakin merambah ke pelosok bahkan sampai ke pegunungan dan pesisir. Percepatan aksi tersebut berdampak pada terlaksananya wajib belajar mulai dari pra sekolah.

E.   Meningkatkan mutu pendidikan
Akses dan pelayanan PAUD di Papua Barat telah memberikan dampak yang cukup signifikan dalam peningkatan mutu pendidikan khususnya di Provinsi Papua Barat sendiri. Kesiapan belajar, pemenuhan gizi ibu dan anak, perlindungan, serta penuntasan wajib belajar adalah program PAUD yang terintegrasi  dengan pelayanan berbasis masyarakat yang berakibat pada perubahan mutu pendidikan yang semakin cepat di Papua Barat.
F.    Mengurangi angka buta huruf muda
Layanan PAUD di Papua Barat memberikan stimulasi yang positif terhadap kemampuan anak usia dini untuk mengenal huruf. Beberapa lembaga PAUD yang sangat menonjol mengajarkan pada anak-anaknya tentang membaca dan menulis sehingga kesiapan anak untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya sudah matang. Dengan demikian keberadaan PAUD ini dapat mengurangi angka buta huruf pada usia muda.
G.   Memperbaiki derajat kesehatan gizi dan balita
Program-program layanan PAUD yang multisektoral seperti posyandu, BKB, pos PAUD, dan lain-lain bentuk layanan anak yang ada di masyarakat, telah menjalankan program yang bersifat holistik. Intervensi dini terhadap kesehatan anak, balita, ibu hamil, dan pemberian hasupan gizi terhadap anak baik melalui jalur lembaga pendidikan formal, non formal, dan ataupun in formal.  Semua layanan tersebut member penguatan akan jaminan tentang kesehatan dan gizi anak yang merupakan awal yang kuat untuk hidup dan berkembang. Intervensi dimulai sejak ibu hamil sampai dengan pertumbuhan anak usia dua tahun.

              PENUTUP

Layanan program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Provinsi Papua Barat telah memberikan konstribusi nyata terhadap mutu pendidikan anak usia dini. Program multisektoral tersebut berkembang secara signifikan baik di perkotaan sampai ke pelosok pedesaan dan pesisir, masyarakat sudah berbondong-bondong mencari dan mendatangi pos-pos PAUD terdekat guna menyekolahkan anaknya di usia dini.
Layanan kesehatan, gizi, dan perlindungan terhadap anak usia dini juga telah terlihat meningkat ditandai dengan semakin banyaknya ibu-ibu yang sadar akan pentingnya hidup sehat, perawatan diri sejak dini, dan bagaimana hidup bersih dan sehat yang semuanya bisa berdampak pada kesehatan anak itu sendiri. PAUD, di Papua Barat berkembang dengan pesat ibarat jamur yang tumbuh pada musim hujan, semoga pendidikan untuk anak usia dini semakin berdampak positif terhadap peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.
 







[1] Kajian singkat tentang PAUD .UNESCO.
 

 

2 komentar:

  1. mantap..mantap...mantap...blog yg dibikin dlm waktu singkat bisa langsung cuantik

    BalasHapus
  2. masih belajar pak Andi,,, tkasih yah,,,

    BalasHapus