Selasa, 08 Januari 2013

PEMIKIRAN PARA TOKOH DAN PAKAR PENDIDIKAN ANAK USIA DINI 1.LEV VYGOTSKY Lev Vygotsky dikenal sebagai a socialcultural contructivist asal Rusia. Pengetahuan tidak diperoleh dengan cara dialihkan dari orang lain, melainkan merupakan sesuatu yang dibangun dan diciptakan oleh anak (Bradova dan Deborah,1996:23). Vygotsky yakin bahwa belajar merupakan suatu proses yang tidak dipaksa dari luar karena anak adalah pembelajar aktif dan memiliki struktur psikologis yang mengendalikan perilaku belajarnya. Melalui teori sosio kulturalnya, Vygotsky mengemukakan bahwamanusia memiliki alat berpikir (tool of mind ) yang dapat dipergunakan untuk membantu memecahkan masalah, memudahkan dalam melakukan tindakan, memperluas kemampuan, melakukan sesuatu sesuai kapasitas alami (Bradovah dan Deborah,1996: 26). Prinsip dasar teori Vygotsky adalah bahwa anak melakukan proses ko-konstruksi membangun berbagai pengetahuannya tidak dapat dipisahkan dari konteks social dimana anak tersebut berada. Vygotsky percaya bahwa kognitif tertinggi yang berkembang saat anak berada di sekolah yaitu saat terjadinya interaksi antara anak dan guru. Pengetahuan yang diberikan secara termakna bagi anak akan memberikan dampak yang berharga bagi anak. Ada empat tahapan zona proximal development (ZPD),yaitu: tindakan anak masih dipengaruhi oleh orang lain, tindakan anak didasarkan atas inisiatif sendiri, tindakan anak berkembang spontan dan terinternalisasi, serta tindakan spontan yang diulang-ulang sehingga anak siap berpikir abstrak. Penerapan teori konstruktivisme dalam program kegiatan bermain pada anak usia dini harus memperhatikan hal-hal berikut: a.Anak hendaknya memperoleh kesempatan luas dalam kegiatan pembelajaran guna mengembangkan potensinya. b.Pembelajaran pada anak usia dini hendaknya dikaitkan dengan tingkat perkembangan potensial daripada perkembangan aktualnya. c.Program kegiatan bermain lebih diarahkan pada penggunaan strategi. d.Anak diberi kesempatan yang luas untuk mengintegrasikan pengetahuan deklaratif yang telah dipelajari dengan pengetahuan procedural untuk melakukan tugas-tugas dan emecahkan masalah e.Proses belajar dan pembelajaran tidak sekedar bersifat transperal tetapi lebih merupakan ko-konstruksi. Vygotsky menekankan pada kemampuan bahasa terutama pada kecepatan berbicara. Vygotsky memandang bermain sebagai kegiatan social. Awalnya, anak akan bermain secara solitary( sendiri-sendiri), jika semakin matang kognitifnya dan berkurangnya egosentris, maka permainan anak menjadi lebih social. Cara Belajar Anak Usia Dini menurut konsep Zone of Proximal Development (ZPD) oleh Vigotsky: a.Hukum genetik tentang perkembangan (Genetic Law of Development). b.Mediasi 2.SARAH SMILANSKY Sarah Smilansky adalah seorang guru besar di Tel Aviv, University Israel. Smilansky peduli tentang psikologi anak dan mengemukakan tentang mengembangkan kognitif anak melalui permainan. Dyakini, bahwa melalui permainan dan pengalaman nyata membuat anak mempunyai imajinasi. Smilansky dalam Dockett dan Flerr (1999:59) percaya bahwa pendidikan anak usia dini merupakan hal yang sangat fundamental dalam memberikan kerangka terbentuknya perkembangan dasar-dasar pengetahuan, sikap dan keterampilan pada anak. Proses pendidikan dan pembelajaran pada anak usia dini hendaknya dilakukan dengan tujuan memberikan konsep-konsep dasar yang memiliki kebermaknaan melalui pengalaman yang nyata, sehingga anak dapat memperoleh pengetahuan baru untuk menunjukkan kreativitas dan rasa ingin tahu secara optimal. Pada rentang usia ini, anak akan mengalami masa keemasan (golden age) dimana anak mulai peka terhadap diri dan lingkungannya melalui stimulasi yang diberikan. Masa ini juga merupakan masa peletak dasar untuk mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, psikomotorik, bahasa, sosio emosional dan spiritual. Smilansky memandang bahwa setiap anak harus mengalami pengalaman bermain yang banyak. Anak usia dini belajar melalui panca inderanya dan melalui hubungan fisik dengan lingkungan. Kebutuhan sensorimotor anak didukung ketika disediakan kesempatan untuk berhubungan luas atau di dalam ruangan. Untuk itu, berikan kesempatan bergerak secara bebas di halaman, di lantai, atau di meja dan di kursi. Dalam Docckett dan Fleer (1999:60) Piaget dan Smilansky mengemukakan tahapan bermain pada anak usia dini, sebagai berikut: a.Bermain fungsional (Fungcional play): berupa gerakan sederhana dan berulang-ulang. Contoh: berlari-lari, menarik dan mendorong mobil-mobilan. b.Bermain membangun ( constructive play): kegiatan ini bertujuan untuk membentuk sesuatu, contohnya: menyusun puzzle, lego atau balok kayu. c.Bermain pura-pura (make- believe play): Anak menirukan kegiatan orang yang dijumpainya sehari-hari atau berperan memainkan peran tokoh-tokoh dalam film kartun atau dongeng. Contoh: dokter-dokteran, polis-polisian. d.Bermain dengan peraturan (game with rules). Dalam kegiatan bermain ini, anak sudah memahami dan bersedia mematuhi peraturan permainan. Contoh: bermain monopoli, kartu domino, atau ular tangga. Smilansky juga meyakini bahwa, bermain melalui dramatic play sangat penting dalam mengembangkan kreativitas, intelektual, bahasa dan keterampilan social-emosional. 3. JEAN PIAGET Jean Piaget adalah seorang ilmuan yang dilahirkan di Neuchatel, swiss. Piaget seorang ahli Biologi kemudian tertarik terhadap cara berpikir anak. Piaget dalam Suparno (2003:20) berpendapat bahwa anak perlu diberikan berbagai pertanyaan untuk meningkatkan kemampuan berpikirnya. Piaget memandang bahwa intelegensi anak berkembang melalui suatu proses active learning. Para pendidik hendaknya mengimplementasikan active learning dengan cara memberikan kesempatan kepada anak untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan yang dapat mengoptimalkan penggunaan seluruh panca indera anak. Pemahaman Piaget tentang anak usia dini berdasarkan penelitiannya adalah: •Anak bermain dan berpikir aktif dalam mengembangkan kognitif mereka •Kegiatan mental dan berpikir sangat penting untuk mengembangkan kegiatan anak •Pengalaman-pengalaman sebagai bahan mentah untuk mengembangkan struktur mental anak. •Anak berkembang melalui interaksinya dengan lingkungan •Perkembangan terjadi sebagai hasil dari kematangan dan interaksi antara anak, lingkungan fisik dan social anak. Piaget mengemukakan bahwa perkembangan kognisi adalah interaksi dari hasil kematangan manusia dan pengaruh lingkungan. Piaget membagi ke dalam empat tahap perkembangan kognitif : 1.Fase sensori Motor ( usia 0-2 tahun) : anak berinteraksi dengan alam sekitar melalui panca indra. 2.Fase pra-operasional (usia 2-7 tahun) : masa permulaan anak untuk membangun kemampuannya dalam menyusun pikirannya. -Berpikir secara simbolik (2-4 tahun) : kemampuan berpikir secara abstrak -Berpikir secara egosentris (2-4 tahun) : anak melihat dunia dengan perspektifnya sendiri. -Berpikir secara intuitif (4-7 tahun) : kemampuan untuk menciptakan sesuatu 3.Fase operasi kongktret ( 7-12 tahun) : anak sudah punya kemampuan berpikir secara logis dengan syarat obyek yang menjadi sumber berpikir. 4. Fase operasi formal ( 12 tahun) : anak dapat berpikir secara abstrak seperti kemampuan mengemukakan ide-ide, memprediksi kejadian yang akan terjadi, melakukan proses berpikir ilmiah.. Selain active learning, Piaget juga menjelaskan bahwa pengalaman belajar anak lebih banyak didapat dengan cara bermain, melakukan percobaan dengan obyek nyata dan melalui pengalaman kongkret. Cara anak memperoleh pengetahuan : melalui interaksi social, melalui pengetahuan fisik, dan melalui logika matematika. 4.HOWARD GARDNER Howard Gardner adalah seorang co-director pada projet zero. Ia menemukan tentang kecerdasan majemuk. Berdasarkan penelitiannya, Gardner mengemukakan tentang kecerdasan majemuk (multiple intelegence) yang terdiri atas Sembilan yang kemudian dipublikasikan dalam bukunya yang berjudul “ Frames of mind: The theory of Multiple Integence pada tahun 1983. Sembilan kecerdasan yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1.Kecerdasan Linguistik Menurut May Lewin, kecerdasan linguistic adalah kemampuan untuk menyusun pikiran dengan jelas dan mampu menggunakannya secara kompeten melalui kata-kata, seperti berbicara, menulis, dan membaca.Biasanya kecerdasan ini dimiliki oleh Narator, negarawan, dan wartawan. Orang yang memiliki kecerdasan linguistic tinggi mampu memengaruhi orang lain hanya dengan gaya bahasa dan retorika saja. Ciri-ciri Anak Usia Dini yang memiliki kecerdasan Linguistik Tinggi: No Usia Anak Ciri-ciri 1 Lahir-1 tahun a. Merespon jika namanya dipanggil b. Berceloteh atau mengucapkan sepatah dua kata 2 1-2 tahun a. Mengenal suara orang-orang di dekatnya b. Mampu menyebutkan nama benda c. Mengerti perintah sederhana 3 2-3 tahun a. Mampu mengenal suara benda, binatang, atau orang lain b. Mampu menyatakan dalam kalimat pendek c. Mampu mengajukan pertanyaan sederhana d. Tertarik gambar warna pada buku 4 3-4 tahun a. Mampu mengenali dan hamper bisa menirukan berbagai suara b. Tertarik untuk dibacakan buku cerita c. Mampu mengenali nama benda dan fungsinya 5 4-5 tahun a. Mampu mengenal masing-masing bunyi huruf b. Senang belajar membaca c. Mampu diajak berdialog sederhana 6 5-6 tahun a. Mampu berbicara dengan lancar b. Mampu bertanya lebih banyak dan menjawab lebih kompleks c. Mampu mengenal bilangan dan berhitung sederhana 2. Kecerdasan matematis logis Kecerdasan matematis-logis adalah kemampuan untuk menangani bilangan dan perhitungan, pola berpikir logis dan ilmiah. Gardner memandang bahwa kecerdasan matematis lebih unggul daripada kecerdasan lain. Ciri-ciri anak yang mempunyai kecerdasan matematis-logis tinggi : No Usia Anak Ciri-ciri 1 Lahir-1 tahun a.Mengenal benda b.Mengenal warna 2 1-2 tahun a.Mengenal bentuk b.Mengenal rasa c.Mengenal bilangan 1 dan 2 3 2-3 tahun a.Mampu mengelompokkan benda yang bentuknya sama b.Mampu membedakan bentuk lingkaran dan bujursangkar c.Mampu membedakan rasa dan warna d.Mengenal bilangan hingga hitungan 5 4 3-4 tahun a.Mampu membedakan bentuk dan ukuran b.Mampu mengurutkan angka 1 sampai 10 5 4-5 tahun a.Menunjukkan rasa ingin tahu mengenai cara kerja sesuatu b.Suka membongkar mainannya sendiri kemudian dirangkai lagi c.Suka mengurut-urutkan sesuatu. 6 5-6 tahun a.Mampu mengurutkan bilangan 1 hingga 50 b.Senang dengan permainan otak-atik bilangan c.Menyukai permainan dalam computer d.Dengan mudah meletakkan benda sesuai dengan kelompoknya 3. Kecerdasan visual Kecerdasan visual adalah kemampuan untuk melihat suatu obyek dengan sangat detail. Kecerdsan ini, erat kaitannya dengan kecerdasan linguistic dan kecerdasan matematis-logis. Berikut cirri-ciri anak yang memiliki kecerdasan visual tinggi : No Usia Anak Ciri-ciri 1 Lahir-1 tahun a.Senang melihat gambar warna-warni b.Sering asyik bermain sendiri 2 1-2 tahun a.Menikmati barang mainannya sendiri b.Melihat setiap barang mainan atau sembarang obyek dalam waktu yang agak lama. 3 2-3 tahun a.Mampu menggambar, membuat sketsa, dan melukis b.Mampu membuat barang mainan, disenangi dengan peralatan yang ada. c.Mampu memahami permainan teka-teki 4 3-4 tahun a.Mampu membuat komposisi warna lukisannya sendiri b.Mampu melihat gambar atau lukisan dengan ketajaman tertentu c.Mampu berimajinasi kreatif 5 4-5 tahun a.Mampu memahami peta, gambar skema, dan lainnya b.Mampu berfantasi, berimanjinasi lebih kreatif c.Mampu membayangkan atau menggambarkan benda-benda yang pernah dilihatnya 6 5-6 tahun a.Mampu menghitung dengan cara mengawang atau mencongak b.Mampumembuat benda seperti yang tergambar dalam pikirannya c.Mampu mengarang cerita pendek 4. Kecerdasan musical Kecerdasan musical adalah kemampuan untuk menyimpan nada, mengingat irama, dan secara emosional terpengaruhi oleh music. Kecerdasal musical dapat memperkuat kecerdasan lain, terutama kecerdasan liguistik dan matematis-logis. Cirri-ciri anak yang memiliki kecerdasan musical tinggi: No Usia Anak Ciri-ciri 1 Lahir-1 tahun a.Mendengarkan music b.Mampu bertepuk tangan 2 1-2 tahun a.Mampu mendengarkan music dan mengikuti irama b.Mampu bertepuk tangan mengikuti irama 3 2-3 tahun a.Senang mendengarkan music dan mengikuti irama b.Mampu bertepuk tangan secara bervariasi c.Mampu memukul-mukul benda membentuk irama d.Senang bernyanyi atau menari 4 3-4 tahun a.Senang menari-narikan tangan jika mendengarkan music (gerak refleks) b.Mampu menyanyikan cuplikan-cuplikan lagu sesuai irama c.Mampu bertepuk tangan membentuk irama d.Suka memukul-mukul benda sesuai irama 5 4-5 tahun a.Mengenal dan mampu menyebutkan lagu-lagu yang terpopuler b.Sering meliuk-liukkan tubuh sesuai dengan irama c.Mampu menyanyikan sebagian dari lagu sesuai dengan irama d.Mampu menepuk-nepukkan tangannya membentuk irama e.Mampu memainkan alat music tertentu f.Melukis dengan alat bervariasi 6 5-6 tahun a.Mampu bernyanyi secara koor (kelompok) b.Mampu mengikuti gerak tari sebuah lagu sederhana c.Menyanyikan lagu diiringi music d.Mampu memainkan alat music e.Mampu melukis dengan alat dan bahan bervariasi 5. Kecerdasan kinestetik Kecerdasan kinestetik adalah kemampuan untuk menggabungkan antara fisik dan pikiran sehingga menghasilkan gerakn yang sempurna. Keterampilan mengoordinasikan pikiran dan organ tubuh dalam bentuk berbagai gerakan akan mampu memperkuat rasa kepercayaan diri pada anak. Cirri-ciri anak yang memiliki kecerdasan kinestetik yinggi: No Usia Anak Ciri-ciri 1 Lahir-1 tahun a.Menggerak-gerakkan tangannya b.Mengangkat kepala c.Bisa tengkurap dan membalik tanpa bantuan d.Mampu duduk sendiri e.Mampu merangkak dan berjalan pendek 2 1-2 tahun a.Mampu berdiri tegap dan berjalan pendek b.Berlari-lari kecil c.Naik turun tangga dengan berpegangan d.Memanjat meja atau kursi 3 2-3 tahun a.Mampu berjalan dengan stabil b.Lancar berlari-lari c.Mampu menendang bola kea rah depan d.Mampu melompat-lompat kecil e.Senang bermain air 4 3-4 tahun a.Berjalan dan berlari penuh dengan keseimbangan badan b.Naik turun tangga tanpa berpegangan c.Memanjat bidang miring d.Mampu berdiri dengan satu kaki beberapa detik e.Bergerak mengikuti irama music f.Melipat kertas dengan rapi 5 4-5 tahun a.Berjalan dengan berbagai variasi b.Mampu memanjta pohon atau tangga pendek dan bergelantungan pada ayunan c.Mampu menendang bola, menangkap dan melempar bola dari jarak 3 meter d.Mampu melompati gang atau parit atau benda lain e.Mampu mengayuh sepeda roda tiga f.Mampu menggunting kertas 6 5-6 tahun a.Mampu menjaga keseimbangan badan ketika berjalan di atas titian b.Mampu senam dengan gerakan c.Mampu melompat dengan satu atau dua kaki secara variasi d.Memakai baju, sepatu sendiri tanpa dibantu e.Mampu mengendarai sepeda roda tiga f.Mampu melakukan gerak acrobat g.Mampu menggunting kertas dan menempelkannya 6. Kecerdasan Interpersonal Kecerdasan Interpersonal adalah kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain. Kecerdasan ini membuat anak atau yang bersangkutan mempunyai kepekaan hati yang tinggi, sehingga bisa bersikap empatik tanpa menyinggung apalagi menyakiti perasaan orang lain. Kecerdasan inilah yang banyak dipakai oleh direktur dan pimpinan serta motivator lainnya. Kecerdsan interpersonal diyakini mampu mengantarkan kesuksesan lebih tinggi daripada kecerdasan akademis, karena kecerdasan akademis hanya mengantarkan anak didiknya memperoleh pekerjaan atau meniti karier, sedangkan kesuksesan berkarier justru ditentukan oleh kecerdasan sosialnya (kecerdasan interpersonal). Cirri-ciri anak yang memiliki kecerdasan Interpersonal tinggi: No Usia Anak Ciri-ciri 1 Lahir-1 tahun a.Mengamati mainan yang digantungkan di atasnya b.Menatap siapa saja yang di sampingnya 2 1-2 tahun a.Mudah berbaur dengan anak-anak lain ketika bermain b.Senang bermain secara berkelompok 3 2-3 tahun a.Mudah berkenalan dengan anak-anak lain b.Senang berada di dekat kerumunan teman-temannya c.Memperbolehkan mainnya dipinjam temannya 4 3-4 tahun a.Senang pinjam-meminjam atau tukaran mainan dengan teman lainnya b.Tidak menangis ketika berpisah dengan orang tua c.Sabar menunggu giliran bermain 5 4-5 tahun a.Mau mengalah dengan teman bermainnya b.Tidak mengganggu temannya dengan sengaja c.Mengerti dan mematuhi aturan bermain dengan baik d.Mampu memimpin kelompok bermain kecil (2-4 anak) e.Mampu memecahkan masalah sederhana 6 5-6 tahun a.Mengetahui bagaimana cara menunggu giliran ketika bermain b.Berani berangkat sekolah tanpa diantar c.Tertib menggunakan alat atau mainan sesuai dengan fungsinya d.Tertib dan terbiasa menunggu giliran atau antre e.Memahami akibat jika melakukan pelanggaran dan berani bertanggung jawab f.Mampu memimpin kelompok bermain besar( 4-8 orang) g.Terampil dalam memecahkan masalah sederhana 7.Kecerdasan Intrapersonal Kecerdasan Intrapersonal adalah kemampuan untuk memahami diri sendiri dan bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri. Kecerdasan ini merupakan pengimbangan terhadap kecerdasan interpersonal. Kecerdasan ini berfungsi untuk memahami, mengenali, dan memperlakukan diri sendiri. Kecerdasan interpersonal yang tinggi akan mengantarkan pada alur logika ilmiah yang konsisten. Ia mampu menegkang emosinya sehingga seluruh keputusan dan perbuatannya selalu didasarkan pada logika yang benar. Cirri-ciri anak yang memiliki kecerdasan interpersonal tinggi: No Usia Anak Ciri-ciri 1 Lahir-1 tahun a.Senang mengamati benda yang disentuhnya b.Senang bermain sendiri (mandiri) 2 1-2 tahun a.Bisa mengungkapkan perasaan atau emosinya b.Mampu menyalurkan emosinya sendiri 3 2-3 tahun a.Bermain tanpa disuruh b.Mengembalikan benda-benda mainan kembali pada tempatnya 4 3-4 tahun a.Senang mengajak temannya bermain b.Senang merenung atau berpikir ketika sendirian c.Sering mengungkapkan cita-citanya pada orang lain 5 4-5 tahun a.Menunjukkan sikap percaya diri yang tinggi b.Selalu bermain kreatif, menggunakan waktu dengan baik c.Mampu menetapkan target bermain 6 5-6 tahun a.Selalu bersemangat ketika bermain, mempunyai motivasi yang tinggi b.Sering menyendiri berkhayal atau berpikir c.Sering menunjukkan mainan kebanggaannya kepada orang lain d.Diam ketika marah, seolah-olah mengendalikan emosinya 8. Kecerdasan Naturalis Menurut Sri Widayati, Kecerdasan Naturalis adalah kemampuan untuk mengenali berbagai jenis flora, fauna, dan fenomena alam lainnya. Kecerdasan ini berfungsi pada saat mengamati tanaman, serangga, hewan, dan benda alam lainnya. Orang yang rendah kecerdasan naturalisnya mempunyai kecenderungan untuk melakukan eksploitasi terhadap lingkungan sekitar. Kecerdasan ini harus dimiliki sejak dini, sebab kecerdasan ini mampu menjaga dan memelihara “nalurinya” untuk hidup nyaman di alam bebas bersama dengan mahluk-mahluk ciptaan Tuhan yang lain. Cirri-ciri anak yang memiliki kecerdasan naturalis tinggi: No Usia Anak Ciri-ciri 1 Lahir-1 tahun a.Tertarik bermain di alam bebas b.Senang melihat gambar pemandangan alam 2 1-2 tahun a.Senang mengamati dan berinterkasi sedrhana dengan tanaman dan hewan peliharaan 3 2-3 tahun a.Senang bermain dengan benda-benda alam b.Asyik mengamati gerak-gerik binatang peliharaan 4 3-4 tahun a.Mampu membedakan obyek alam sesuai dengan karakteristiknya b.Mampu membedakan karakteristik benda secara lebih rinci 5 4-5 tahun a.Suka bermain cocok tanam b.Senang memelihara hewan peliharaan 6 5-6 tahun a.Mampu member makan hewan peliharaan secara sederhana b.Mampu menyiram tanaman secukupnya c.Mampu berkreasi memperindah taman atau halaman 9. Kecerdasan Spiritual Kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk merasakan keberagaman seseorang. Gardner menyebutkan kecerdasan ini sebagai kecerdasan eksistensial. Kecerdasan spiritual juga bisa diartikan sebagai kemampuan untuk merasakan kehadiran Allah di sisinya. Dalam pandangan islam, kecerdasan spiritual (SQ), adalah kelanjutan dari kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ). Sehingga kecerdasan spiritual ini merupakan penyempurna atas dua kecerdasan sebelumnya yaitu (IQ) dan (EQ). Cirri-ciri anak yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi : No Usia Anak Ciri-ciri 1 Lahir-1 tahun a.Senang mendengarkan music religi b.Senang mendengarkan senandung doa 2 1-2 tahun a.Mampu menirukan sepatah dua kata senandung doa b.Menirukan sebagian kecil dari gerakan ibadah c.Mengenal nama-nama Allah 3 2-3 tahun a.Mengikuti senandung lagu keagamaan b.Menirukan gerakan ibadah c.Mengucapkan salam d.Mengikuti cerita atau kisah Qurani atau Nabawi 4 3-4 tahun a.Mengikuti bacaan doa secara lengkap b.Menyebutkan contoh mahluk ciptaan Tuhan c.Mampu menyebut nama Allah d.Mengucapkan kata-kata snatun 5 4-5 tahun a.Berdoa sebelum dan sesudah makan, tidur, dan aktivitas lainnya b.Mampu membedakan ciptaan Tuhan dan buatan manusia c.Membantu meringankan pekerjaan orang tuanya (yang ringan) d.Mengenali sifat-sifat Allah dan mencintai Rasulullah SAW 6 5-6 tahun a.Mampu menghapal beberapa surah dalam Al-Quran (surah pendek) b.Mampu menghapal gerakan shalat secara sempurna c.Mampu meneybutkan beberapa sifat Allah d.Menghormati orang tua, menghargai teman, dan menyayangi adik-adiknya atau anak di bawah usianya e.Mengucapkan syukur dan terima kasih 5. MASLOW Abraham Maslow, seorang psikolog humanis berpendapat bahwa motif seseorang dalam melakukan sesuatu adalah adanya kebutuhan, sedangkan kebutuhan itu sendiri bertingkat-tingkat. Berdasarkan gambar piramida Maslow di atas, dapat dipahami bahwa kebutuhan palin mendasar adalah kebutuhan fisiologis ( physiological needs) seprti makan, minum, pakaian, dan lain-lain. Setelah kebtuhan ini terpenuhi, maka akan mempunyai motif baru yakni security needs atau rasa aman. Setelah rasa aman terpenuhi, maka meningkat menjadi pengakuan diri, kemudian meningkat lagi untuk mendapatkan penghargaan (Esteem needs), hingga ke motif yang paling tinggi yakni beraktualisasi diri ( self actualitation). 6. ERIKSON Anak-anak belajar melalui permainan mereka. Pengalaman bermain yang menyenangkan dengan bahan, benda, anak lain, dan perhatian orang dewasa menolong anak-anak berkembang secara fisik, emosi, kognisi, dan sosial. Teori dan penelitian bermain seharusnya menjadi dasar untuk program anak usia dini yang bermutu tinggi. Melalui kegiatan bermain, anak mengeksprersikan segenap perasaannya dan semua indera bekerja aktif. Informasi yang ditangkap indera disampaikan ke otak sebagai rangsangan, sehingga sel otak aktif membentuk perkawatan(jaringan). Lingkungan bermain yang bermutu tinggi untuk anak usia dini mendukung tiga jenis bermain yang dikenal dalam penelitian anak usia dini (Weikart, Rodgers, & Adcock, 1971) dan teori dari Erik Erikson, Jean Piaget, Lev Vygotsky, dan Anna Freud: A. Sensorimotor atau Main Fungsional Istilah ini diambil dari kerja Piaget dan Smilansky (1968). Anak usia dini belajar melalui panca inderanya dan melalui hubungan fisik dengan lingkungan mereka. Kebutuhan sensorimotor didukung disediakan kesempatan untuk berhubungan dengan berbagai bahan dan slat permainan, balk di dalam maupun di luar ruangan. Kebutuhan sensorimotor anak didukung ketika diberi kesempatan bergerak secara bebas, bermain di halaman atau di lantai atau di meja dan di kursi. Kebutuhan bermain sensorimotor anak didukung bila lingkungan balk di dalam maupun di luar ruangan menyediakan kesempatan untuk berhubungan dengan banyak tekstur dan berbagai jenis bahan bermain yang berbeda yang mendukung setiap kebutuhan perkembangan anak. B. Main Peran (Mikro don Makro) Main peran juga disebut main simbolik, pura-pura, make-believe, fantasi, imajinasi, atau main drama, sangat penting untuk perkembangan kognisi, sosial, dan emosi anak pada usia tiga sampai enam tahun (Vygosky, 1967; Erikson, 1963). Main peran dipandang sebagai sebuah kekuatan yang menjadi dasar perkembangan daya cipta, tahapan ingatan, kerja sama keiompok, penyerapan kosa kata, konsep hubungan kekeluargaan, pengendalian diri, keterampilan pengambilan sudut pandang spasial, keterampilan pengambilan sudut pandang afeksi, keterampilan pengambilan sudut pandang kognisi. (Gowen, 1995). Main peran membolehkan anak memproyeksikan dirinya ke masa depan dan menciptakan kembali masa lalu. Mutu pengalaman main peran tergantung pada variabel di bawah ini: • Cukup waktu untuk bermain (penelitian menyarankan paling sedikit satu jam). • Ruang yang cukup, sehingga perabotan tidak penuh sesak, alatalat mudah dijangkau, dan paling sedikit empat sampai enam anak dapat bermain dengan nyaman. • Alat-alat untuk mendukung bermacam-macam adegan permainan. • Orang dewasa yang dapat memberi pijakan bila dibutuhkan untuk meningkatkan keterampilan main peran anak. Hubungan sosial yang dibangun hingga menjadi main peran pada anak usia 12 – 36 bulan sebaiknya didukung untuk anak yang berkebutuhan khusus maupun tidak. Orang dewasa harus peduli terhadap ekspresi wajah bahwa wajah sebagai mainan pertama, menjawab dengan senyuman, hubungan timbal batik, ekspresi seluruh badan, rasa cemas terhadap orang-orang yang tidak dikenal, dan permainan dengan gerakan badan inilah menjadi dasar yang penting pada main peran selanjutnya. Erik Erikson (1963) menjelaskan dua jenis main peran: mikro dan makro. Main peran mikro anak memainkan peran dengan menggunakan alat bermain berukuran kecil, contoh kandang dengan binatang-binatangan dan orangorangan kecil. Main peran makro anak bermain menjadi tokoh menggunakan alat berukuran besar yang digunakan anak untuk menciptakan dan memainkan peran-peran, contoh memakai baju dan menggunakan kotak kardus yang dibuat menjadi mobil-mobilan atau benteng. Sentra main peran harus ada di dalam dan di luar, mendukung anak dengan alat dan perlengkapan untuk bermacam-macam main peran. Untuk anak tiga sampai enam tahun dengan perkembangan ferlambat dari anak usia dini, alat harus mendukung tema selain dari tema sekeliling. Diperlukan orang dewasa yang dapat memberi dukungan sebagai dasar untuk program anak usia dini yang bermutu. Tetapi semua anak tidak mendapatkan keuntungan secara penuh tanpa rencana, penataan lingkungan, dan pijakan orang dewasa untuk pengaiaman. Pengalaman bermain anak seharusnya direncanakan dengan hati-hati dan diberi pijakan untuk memenuhi kebutuhan setiap anak. Empat langkah pijakan berikut ini untuk mencapai mutu pengalaman main (CCCRT, 1999): • Pijakan Lingkungan Main • Pijakan Pengalaman Sebelum Main • Pijakan Pengalaman Main Setiap anak • Pijakan Pengalaman Setelah Main Pengalaman main yang bermutu membutuhkan orang dewasa yang tahu tahap perkembangan anak dalam setiap jenis main. Pengetahuan tentang tahap perkembangan anak digunakan untuk merencanakan, menata, memberi pijakan yang diperkaya dengan pengalaman keaksaraan. Pengalaman-pengalaman ini harus mendukung perolehan keterampilan dan pengetahuan yang mendukung keberhasilannya di sekolah. TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI A. TONGGAK PERKEMBANGAN BAYI SELAMA TAHUN PERTAMA 1. Mengembangkan rasa percaya dan ikatan dengan orang lain 1. Mengulang-ulang kegiatan (ex:menendang) 2. Senyum sosial (1 – 4 bin) 3. Mulai membuat suara dan menjawab percakapan 4. Takut pada orang acing (bulan terakhir 10 bin) 5. Ketetapan benda (mulai 10 -12 bin) 6. Mengulang kembaii gerakan untuk kesenangan 7. Menjelajah lingkungan seiring peningkatan pengendalian tubuh B. LINGKUNGAN UNTUK BAYI : 1. Harus aman, merangsang, menghargai, konsisten dan tanggap 2. Pengasuh harus memiliki pengetahuan perkembangan anak 3. Harus menyediakan bermacam ragam bahan main yang mudah dijangkau sehingga anak dapat berhubungan dengan bahan tsb 4. Harus secara rutin memberikan perhatian pada setiap anak dan pengalaman-pengalaman belajar 5. Harus menyediakan kesempatan waktu main di lantai dengan bahan-bahan main, anak lainnya, dan orang dewasa yg merawat 6. Harus menyediakan setiap bayi dengan jadwal masing-masing 7. Harus ada tokoh tetap yang mengasuh yang memahami perkembangan, pertumbuhan, respek, memahami sensitivitas bayi 8. Sentuhan penuh kasih, perhatian, dan komunikasi yang hangat selama berinteraksi dengan pengasuh. 9. Lingkungan yang mendukung berkembangnya sensorimotor, bahasa, emosional, kognitif, sensitivitas, dan mobilitas. C. TONGGAK PERKEMBANGAN ANAK USIA SATU HINGGA TIGA TAHUN • Mencari kekuatan/kemandirian • Tantrum/mengamuk • Munculnya bahasa • Munculnya main peran (ex: memakai sepatu dewasa) • Mulai main sosial dengan anak lain • Mulai latihan ke kamar kecil • Senang pada kebiasaan dan rutinitas 1. LINGKUNGAN UNTUK SATU - TIGA TAHUN • Harus menawarkan bermacam-macam bahan main dan pilihan • Harus menerima bahwa mengamuk adalah bagian normal dari perkembangan • Harus mengabaikan mengamuk dan mendorong perkembangan bahasa • Harus membedakan antara mengamuk untuk mengendalikan orang atau memang ada kebutuhan untuk disayang • Harus ada orang dewasa yang berinteraksi dengan anak, mencontohkan dan menyandikan tindakan dengan bahas • Harus memberikan pengalaman dengan musik, nyanyian, dongeng, main jari, dan kegiatan lain yang memperkuat perkembangan bahasa • Harus ada orang dewasa dan bahan-bahan yang mendukung perkembangan main peran • Harus menyediakan ruang dan bahan main di dalam dan di luar ruangan untuk mendukung penjelajahan, penemuan, dan kemandirian • Harus ada orang dewasa yang memberikan perhatian pada perbedaan setiap anak dan mendukung keberhasilan tanpa rasa malu atau bersalah ketika latihan ke kamar kecil • Harus menyediakan jadwal yang dapat diperkirakan sebelumnya, menerangkan perubahan pada anak, dan memberikan waktu pada anak untuk peralihan • Harus ada orang dewasa yang ajeg dalam menanggapi anak D. TONGGAK PERKEMBANGAN ANAK USIA SATU HINGGA TIGA TAHUN 1. Melanjutkan pengendalian pada gerakan kasar dan halus 2. Peningkatan perkembangan bahasa 3. Menggunakan bahasa untuk memecahkan masalah 4. Menggunakan bahasa untuk memperkuat main dengan teman sebaya dan orang dewasa 5. Mulai munculnya hubungan sosial bekerjasama dengan anak lain 6. Mampu menggunakan berbagai jenis bahan main 7. Kemajuan dari sensorimotor atau main proses pada anak toddler ke kemampuan untuk mewakili dunia nyata dalam balok, papan lukis, dan bermacam-macam bahan main pembangunan lainnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar