TIK
DALAM PEMBELAJARAN PAUD
Oleh:
Murniati M
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memasuki
milenium ke tiga Indonesia dihadapkan pada tantangan untuk menyiapkan
masyarakat menuju era baru, yaitu globalisasi yang menyentuh semua aspek
kehidupan. Dalam era global ini seakan dunia tanpa jarak. Komunikasi dan
transaksi ekonomi dari tingkat lokal hingga internasional dapat dilakukan
sepanjang waktu. Demikian pula nanti ketika perdagangan bebas sudah
diberlakukan, tentu persaingan dagang dan tenaga kerja bersifat multi bangsa.
Pada saat itu hanya bangsa yang unggullah yang anak mampu bersaing.
Pendidikan
merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang berkualitas. Menurut
Undang-undang Sisdiknas Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Menurut UNESCO
pendidikan hendaknya dibangun dengan empat pilar, yaitu learning to know,
learning to do, learning to be, dan learning to live together.
Pada hakikatnya
belajar harus berlangsung sepanjang hayat. Untuk menciptakan generasi yang
berkualitas, pendidikan harus dilakukan sejak usia dini dalam hal ini melalui Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD), yaitu pendidikan yang ditujukan bagi anak sejak lahir
hingga usia 6 tahun. Sejak dipublikasikannya hasil-hasil riset mutakhir di
bidang neuroscience dan psikologi maka fenomena pentingnya PAUD
merupakan keniscayaan. PAUD menjadi sangat penting mengingat potensi kecerdasan
dan dasar-dasar perilaku seseorang terbentuk pada rentang usia ini. Sedemikian
pentingnya masa ini sehingga usia dini sering disebut the golden age (usia
emas).
Dengan
diberlakukannya UU No. 20 Tahun 2003 maka sistem pendidikan di Indonesia
terdiri dari pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah,
dan pendidikan tinggi yang keseluruhannya merupakan kesatuan yang sistemik.
PAUD diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. PAUD dapat
diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal.
PAUD pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul
Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat. PAUD pada jalur pendidikan
nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau
bentuk lain yang sederajat. PAUD pada jalur pendidikan informal berbentuk
pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.[1]
Dalam upaya
pembinaan terhadap satuan-satuan PAUD tersebut, diperlukan adanya sebuah
gerakan bagaimana penerapan TIK dalam Pembelajaran di PAUD mengingat belajar
adalah bersenang-senang[2],
bermain sambil belajar, dan belajar seraya bermain.
B. Tujuan
Tujuan Penerapan TIK dalam Pembelajaran
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah
a. TIK
sebagai sumber belajar
b. TIK
sebagai media pembelajaran
TIK
Sebagai sumber belajar :
q Menjawab
Kebutuhan Informasi :
- Mengintegrasikan TIK sebagai sumber belajar
- Memastikan
alamat-alamat situs yang akan dikunjungi
- Mengembangkan
LKS berbasis PBK
- Membuat lembar refleksi diri
q Layanan Yang Cepat dan Murah meliputi;
- Meninggalkan
kebiasaan satu sumber belajar
- Menggunakan
ANEKA sumber belajar
- Mengefektifkan penggunaan internet
q Informasi Terkini
- Menyediakan informasi terkini/baru
- CEPAT (
Terkokneksi ke semua sistem jaringan
perpustakaan )
- TERKINI ( Informasi secara teratur diperbaharui )
TIK
sebagai media Pembelajaran :
Tujuan
TIK sebagai media pembelajaran:
- Memberi pengalaman belajar yang berbeda
- Menumbuhkan sikap dan keterampilan BTI
- Menciptakan situasi belajar menyenangkan
- Menjadikan belajar lebih efektif, efisien dan bermakna
- Membuka peluang belajar dimana saja dan kapan saja
- Memberikan motivasi belajar kepada siswa
- Mejadikan belajar sebagai kebutuhan
Tujuan utama TIK dalam Pembelajaran adalah
agar pesan yang disampaikan mudah dimengerti oleh peserta didik .
Pembelajaran bebasis TIK adalah Suatu pendekatan dalam pembelajaran yang
mengoptimalkan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi sebagai sumber
belajar dan sebagai medium penyampaian
pesan dalam pembelajaran. [4]
C. Sasaran
Sasaran implemetasi
TIK ini adalah lembaga-lembaga
penyelenggara PAUD jalur pendidikan formal dan nonformal seperti Taman
Kanak-Kanak, Raudatul Athfal, Kelompok Bermain,Taman Penitipan Anak, dan Satuan
PAUD yang sejenis.
BAB II
LANDASAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
A. Landasan Yuridis
1. Dalam Amandemen UUD 1945 pasal 28 B ayat 2 dinyatakan
bahwa ”Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta
berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”.
2. Dalam UU NO. 23 Tahun 2002 Pasal 9 Ayat 1 tentang
Perlindungan Anak dinyatakan bahwa ”Setiap anak berhak memperoleh pendidikan
dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasarnya
sesuai dengan minat dan bakatnya”.
3. Dalam UU NO. 20 TAHUN 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Bab 1, Pasal 1, Butir 14 dinyatakan bahwa ”Pendidikan Anak Usia Dini adalah
suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia
6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”. Sedangkan pada pasal 28 tentang
Pendidikan Anak Usia Dini dinyatakan bahwa ”(1) Pendidikan Anak usia dini
diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, (2) Pendidkan anak usia dini
dapat diselenggarakan melalui jalur pendidkan formal, non formal, dan/atau
informal, (3) Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal: TK, RA, atau
bentuk lain yang sederajat, (4) Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan non
formal: KB, TPA, atau bentuk lain yang sederajat, (5) Pendidikan usia dini
jalur pendidikan informal: pendidikan keluarga atau pendidikan yang
diselenggarakan oleh lingkungan, dan (6) Ketentuan mengenai pendidikan anak
usia dini sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4)
diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.”
B. Landasan Filosofis
Pendidikan
merupakan suatu upaya untuk memanusiakan manusia. Artinya melalui proses
pendidikan diharapkan terlahir manusia-manusia yang baik. Standar manusia yang
“baik” berbeda antar masyarakat, bangsa atau negara, karena perbedaan pandangan
filsafah yang menjadi keyakinannya. Perbedaan filsafat yang dianut dari suatu
bangsa akan membawa perbedaan dalam orientasi atau tujuan pendidikan.
Bangsa
Indonesia yang menganut falsafah Pancasila berkeyakinan bahwa pembentukan
manusia Pancasilais menjadi orientasi tujuan pendidikan yaitu menjadikan
manusia indonesia seutuhnya.Bangsa Indonesia juga sangat menghargai perbedaan
dan mencintai demokrasi yang terkandung dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika
yang maknanya “berbeda tetapi satu.” Dari semboyan tersebut bangsa Indonesia
juga sangat menjunjung tinggi hak-hak individu sebagai mahluk Tuhan yang tak
bisa diabaikan oleh siapapun. Anak sebagai mahluk individu yang sangat berhak
untuk mendaptkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.
Dengan pendidikan yang diberikan diharapkan anak dapat tumbuh sesuai dengan
potensi yang dimilkinya, sehingga kelak dapat menjadi anak bangsa yang diharapkan.
Melalui pendidikan yang dibangun atas dasar falsafah pancasila yang didasarkan
pada semangat Bhineka Tunggal Ika diharapkan bangsa Indonesia dapat menjadi
bangsa yang tahu akan hak dan kewajibannya untuk bisa hidup berdampingan,
tolong menolong dan saling menghargai dalam sebuah harmoni sebagai bangsa yang
bermartabat.
Sehubungan
dengan pandangan filosofis tersebut maka proses pembelajaran PAUD berdasarkan
pengembangan kurikulum sebagai alat dalam mencapai
tujuan pendidikan, pengembangannya harus memperhatikan pandangan filosofis
bangsa dalam proses pendidikan yang berlangsung.
- Landasan Keilmuan
Landasan
keilmuan yang mendasari pentingnya pendidikan anak usia dinii didasarkan kepada
beberapa penemuan para ahli tentang tumbuh kembang anak. Pertumbuhan dan
perkembangan anak tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan perkembangan struktur
otak. Menurut Wittrock (Clark, 1983), ada tiga wilayah perkembangan otak yang
semakin meningkat, yaitu pertumbuhan serabut dendrit, kompleksitas hubungan
sinapsis, dan pembagian sel saraf. Peran ketiga wilayah otak tersebut sangat
penting untuk pengembangan kapasitas berpikir manusia. Sejalan dengan itu
Teyler mengemukakan bahwa pada saat lahir otak manusia berisi sekitar 100
milyar hingga 200 milyar sel saraf. Tiap sel saraf siap berkembang sampai taraf
tertinggi dari kapasitas manusia jika mendapat stimulasi yang sesuai dari
lingkungan.
Jean Piaget
(1972) mengemukakan tentang bagaimana anak belajar:“ Anak belajar melalui
interaksi dengan lingkungannya. Anak
seharusnya mampu melakukan percobaan dan penelitian sendiri. Guru bisa
menuntun anak-anak dengan menyediakan bahan-bahan yang tepat, tetapi yang
terpenting agar anak dapat memahami sesuatu, ia harus membangun pengertian itu
sendiri, dan ia harus menemukannya sendiri.” Sementara Lev Vigostsky meyakini
bahwa : pengalaman interaksi sosial merupakan hal yang penting bagi
perkembangan proses berpikir anak. Aktivitas mental yang tinggi pada anak dapat
terbentuk melalui interaksi dengan orang lain. Pembelajaran akan menjadi
pengalaman yang bermakna bagi anak jika ia dapat melakukan sesuatu atas
lingkungannya. Howard Gardner menyatakan tentang kecerdasan jamak dalam
perkembangan manusia terbagi menjadi: kecerdasan bodily kinestetik, kecerdasan
intrapersonal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan naturalistik, kecerdasan
logiko – matematik, kecerdasan visual – spasial, kecerdasan musik.
Dengan demikian
perkembangan kemampuan berpikir manusia sangat berkaitan dengan struktur otak,
sedangkan struktur otak itu sendiri dipengaruhi oleh stimulasi, kesehatan dan
gizi yang diberikan oleh lingkungan sehingga peran pendidikan yang sesuai bagi
anak usia dini sangat diperlukan.
BAB III
HAKIKAT PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
A. Pengertian
Pendidikan Anak
Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir
sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar
anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
B. Tujuan
Secara umum tujuan pendidikan anak usia dini adalah
mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup
dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
3. Prinsip-Prinsip Pendidikan Anak Usia Dini
Dalam
melaksanakan Pendidikan anak usia dini hendaknya menggunakan prinsip-prinsip
sebagai berikut :
a. Berorientasi pada Kebutuhan Anak
Kegiatan
pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak.
Anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya
pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan baik
perkembangan fisik maupun psikis, yaitu intelektual, bahasa, motorik, dan sosio
emosional.
b. Belajar
melalui bermain
Bermain
merupakan saran belajar anak usia dini. Melalui bermain anak diajak untuk
bereksplorasi, menemukan, memanfaatkan, dan mengambil kesimpulan mengenai benda
di sekitarnya.
c. Lingkungan yang kondusif
Lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik
dan menyenangkan dengan memperhatikan keamanan serta kenyamanan yang dapat
mendukung kegiatan belajar melalui bermain.
d. Menggunakan pembelajaran terpadu
Pembelajaran pada anak usia dini harus menggunakan konsep
pembelajaran terpadu yang dilakukan melalui tema. Tema yang dibangun harus
menarik dan dapat membangkitkan minat anak dan bersifat kontekstual. Hal ini
dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas
sehingga pembelajaran menjadi mudah dan bermakna bagi anak.
e.
Mengembangkan berbagai kecakapan hidup
Mengembangkan keterampilan hidup dapat dilakukan melalui
berbagai proses pembiasaan. Hal ini dimaksudkan agar anak belajar untuk
menolong diri sendiri, mandiri dan bertanggungjawab serta memiliki disiplin
diri.
f. Menggunakan berbagai media
edukatif dan sumber belajar
Media dan sumber pembelajaran dapat berasal dari lingkungan
alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik /guru.
a. Dilaksanakan secara bertahap dan berulang –ulang
Pembelajaran
bagi anak usia dini hendaknya dilakukan secara bertahap, dimulai dari konsep
yang sederhana dan dekat dengan anak. Agar konsep dapat dikuasai dengan baik hendaknya
guru menyajikan kegiatan–kegiatan yang berluang .
BAB IV
PENUTUP
Pendidikan
anak usia dini adalah pendidikan yang diperuntukkan bagi anak usia 0 – 6 tahun.
Pada rentang usia ini, anak memandang segala sesuatu secara utuh, terpadu
holistic. Kurikulum yang dirancang pada pendidikan anak usia dini adalah
berdasarkan tingkat perkembangan kognitif anak yang dan berdasarkan pada
kebutuhan anak, sedangkan sistim pembelajaran harus didesain berdasarkan
kesukaan dan kesenangan anak.
Guru
harus lebih kreatif dan inovatif dalam menggunakan media dan sumber pembelajaran.
Selain lingkungan yang dijadikan sumber dan media pembelajaran, TIK sangat
berperan dalam menumbuhkan semangat dan kreativitas anak untuk belajar, belajar
adalah bersenang-senang, menyenangkan, dan lebih banyak variasi. Anak usia dini
yang dikenal unik, lebih menyukai gambar yang lucu, unik, warna-warni, dan yang
bergerak, maka untuk itu guru perlu mendesain media pembelajaran berbasis TIK
yang dijadikan sebagai media dan sumber pembelajaran. Guru, dalam mendesain
media pembelajaran perlu memperhatikan kriteria pembuatan media bagi anak usia
dini yakni: tidak rumit, mudah dipahami anak, durasi tidak lama, sederhana,
menarik, dan bermakna.
SD Universitas Negeri Jakarta DERPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
[2] Dr.
ROBINSON SITUMORANG(Dosen Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta.Materi Kuliah
TIK pada prodi PAUD )
[3] Dr.
ROBINSON SITUMORANG ( Dosen Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta)
[4] Dr.
ROBINSON SITUMORANG ( Dosen Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta)
pentingnya peningkatan pengetahuan guruTIK untuk mencapau tujuan pembelajaran bagi murid PAUD
BalasHapus